Lama Republik Gondes absen dari dunia humor lelucon yang mengandung gelak tawa. Cerita dagelan pilkada ini adalah yang terbaru di februari 2017. Maaf, ralat. Harusnya judulnya bukan dagelan pilkada. Namun ironi jelang pilkada 2017 rasanya sepahit pil KB.
Yang namanya dagelan itu harusnya kan menghibur dengan banyolan lucu. Tujuannya untuk membuat orang tertawa. Tapi saya tak menemukan celah untuk dijadikan bahan guyonan pada kondisi politik saat ini. Terutama beberapa bulan menjelang pemilihan kepala daerah serempak di Indonesia.
Entahlah, apakah karena saya telah kehilangan sense of humor? Atau memang politik adalah lahan kering untuk ditertawakan?
Sebenarnya hal yang wajar detik detik menjelang pemilu, pilkada, pilpres dan sejenisnya itu selalu rawan konflik. Tapi suasana pilkada 2017 ini terasa sangat pahit. Sepahit pil KB.
Saya terpaksa harus vakum cukup lama dari sosial media untuk menghindari baca berita-berita hoax yang secara sadar atau tidak memancing emosi. Saya malas melihat teman-teman saling hujat gara-gara membela tokoh politik dan agama yang belum tentu mereka kenal secara pribadi.
Kalau dulu � sebelum saya insyaf � mungkin saya akan menulis banyak cerita dagelan serta gambar meme ngawur seputar pilkada. Tapi semakin bertambahnya usia, sepertinya kengawuran tak mendidik seperti itu harus mulai dirubah.
Sama kayak para elite politik yang mestinya belajar berpolitik secara santun. Jangan asal njeplak kalau ngomong. Karena setiap perkataan dan tingkah laku orang terkenal macam tokoh politik dan tokoh agama itu selalu jadi sorotan media.
Tanpa menyebut nama, Anda juga pasti tahu siapa tokoh politik dan tokoh agama yang saya maksud. Bagi saya �terlepas mana yang benar mana yang salah - mereka berdua sama saja. Sama-sama egois. Sama-sama membela kepentingan sendiri. Sama-sama tak mikir bahwa apa yang mereka lakukan itu memprovokasi banyak orang, merugikan kepentingan rakyat dan umat yang katanya mereka bela.
Setiap kali saya lihat acara demo, saya � dan mungkin banyak orang di negeri ini � merasa seperti mengunyah pil KB. Pahit!
Kalau dipikir, pilkada dan pil KB itu tujuannya hampir sama. Pil KB, tujuannya untuk mencegah kehamilan. Sedang Pilkada bertujuan untuk mencegah kezaliman.
Benarkah begitu? Tentu saja tidak. Anak kecil saja tahu kalau pilkada itu untuk memilih pemimpin yang adil dan bijaksana.
Terus, apa inti yang hendak disampaikan dalam artikel nanggung ini? Cerita humor, bukan. Analisa politik, juga bukan.
Demikian artikel tentang Dagelan Pilkada 2017 Rasa Pil KB ini dapat kami sampaikan, semoga artikel atau info tentang Dagelan Pilkada 2017 Rasa Pil KB ini, dapat bermanfaat. Jangan lupa dibagikan juga ya! Terima kasih banyak atas kunjungan nya.